Ngebut

*) Supardi Lee

Ngebut itu bergerak dengan kecepatan tinggi. Maka jarak yang jauh bisa ditempuh dalam waktu yang relatif singkat.
Ini jaman modern. Maka siapapun harus bisa ngebut. Ngebut dalam tingkatkan kualitas diri. Ngebut dalam meraih prestasi. Ngebut dalam
lakukan kebaikan. Ngebut dalam mencapai target-target hidup. Ngebut mencari dan mendapat jodoh. Dan sebagainya.
Pengalaman saya memberi pelajaran. Ketika saya berleha-leha, ada dua resiko yang harus ditanggung. Pertama, biaya yang lebih mahal.
Kedua, hasil yang tidak optimal. Bayangkan, sudah lebih mahal, hasilnya pun tak optimal. Wah,…kerugian besar ini.

Nah, ada orang yang hidupnya tidak ngebut. Maka, mereka harus menanggung resiko ini. Biaya yang lebih mahal dan hasil tak optimal.
Biaya mahal dapat diartikan sebagai waktu yang terbuang percuma, kesempatan yang lewat begitu saja, selain tentu saja uang yang sudah
dikeluarkan. Hasil tak optimal berkaitan dengan kualitas hidup kita sekarang yang rendah. Tidak layak untuk potensi diri kita yang luar
biasa.
Maka bicara Indonesia, kita bicara negeri yang berleha-leha. Akibatnya, banyak biaya yang harus kita keluarkan dengan hasil yang tak seberapa. Energi habis untuk berdebat kusir, bukan bekerja keras. Anggaran negara habis untuk bayar utang, subsidi energi, dan biayai rutin, hanya sedikit yang untuk membangun. Sementara utang terus bertambah. Hasilnya? Kemiskinan dan pengangguran di tengah kekayaan alam yang luar biasa. Tragis…

Bicara ngebut, berarti:

- pertama harus bicara mencapai sesuatu yang penting. Kita tak mungkin mau ngebut kalau tak ada hal penting yang mau kita raih. Maka memiliki hal penting yang sangat bernilai untuk diraih menjadi keharusan hidup. Ada orang yang hal pentingnya mencukupi nafkah keluarga. Maka banyak orang rela berlelah-lelah untuk mendapatkannya. Itulah kepala keluarga. Bila anda guru, maka penting bagi anda untuk memastikan peningkatkan kualitas diri murid-murid anda. Anda yang pengusaha, harus mementingkan bisnis bisa menguntungkan agar semua karyawan tercukupi gajinya dengan cara yang jujur dan profesional. Dokter jelas harus mementingkan kesehatan pasiennya, bukan bayarannya saja. Artis harus mementingkan karya yang bermutu dan mendidik masyarakat. Ulama harus menempatkan ilmu, iman dan amal umatnya sebagai yang terpenting. Tentu dengan contoh dari sang Ulama. Pemimpin harus mementingkan semua rakyatnya – terutama yang paling bawah – agar makin sejahtera, cerdas dan beradab.

- Kedua, kita harus bicara waktu. Hal penting itu harus dicapai dalam waktu yang terbatas. Maka menghargai waktu – sebagai sumberdaya kita yang paling berharga – benar-benar harus dilakukan. Bila tidak, bukan hanya rugi, tapi kita juga celaka dan mencelakakan.

- Ketiga, kita harus bicara kecepatan. Cepat tapi tetap baik. Agar baik, maka aturan harus dipatuhi. Orang yang ngebut tapi tak patuh aturan biasanya akan berakhir pada keburukan. Ngebut harus masuk kerja pagi-pagi. Lampu merah diterobos. Tak melihat polisi mengamati di depan. Tilang pun diberikan. Sudah kehilangan waktu, harus bayar denda pula. Masuk kerja pun terlambat. Nah, dalam berbagai konteks, kecepatan harus diiringi dengan disiplin patuhi aturan.

- Keempat, kita harus bicara kekuatan. Kenapa? Karena kecepatan hanya bisa diraih dengan kekuatan. Orang lemah jelas lambat. Lambat
berpikir, lambat memutuskan, lambat bertindak, lambat mengevaluasi, lambat memperbaiki, dan lambat-lambat lainnya. Itulah sebabnya,
mengapa Tuhan senang pada orang kuat. Orang kuat bisa cepat melakukan segala sesuatunya.

- Kelima, kita harus bicara mengingat Tuhan. Hal-hal penting yang ingin kita raih, sesungguhnya adalah tugas dari Tuhan. Tuhan ingin kita mendapat hal-hal terbaik di dunia ini. Selain itu, ngebut itu ada resikonya. Maka untuk menangani resiko ngebut, Tuhan harus jadi sandaran.

Ketika resiko itu benar-benar terjadi, kita akan mudah bersabar menghadapinya. Kita malah bisa bersyukur untuk bangkit dan melaju kembali….
Semoga tulisan ini bisa jadi renungan, bahan evaluasi dan bermanfaat untuk kita semua.
Amiiin.

dari materi siaran di Radio Trijaya FM, kamis 10 maret 2011 jam 05.00 – 06.00

*) Pengusaha, Petani Ikan Lele dan Penulis. Tinggal di Depok. Setiap Kamis jam 05.00 – 06.00 mengisi acara Mutiara Pagi The Power of Life di Radio Trijaya 104,6 FM.